TEKNIK INTERPRETASI CITRA - PENGAMATAN STEREOSKOPIK
Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang telah lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara. Citra jenis ini dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi dan tinggi obyek bila diketahui tinggi salah satu titik yang tergambar pada foto. Disamping itu juga dapat diukur lerengnya. Perujudan tiga dimensional ini memungkinkan penggunaan foto udara untuk membuat peta kontur. Disamping foto udara, dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga dapat ditimbulkan perujudan tiga dimensional bila diamati dengan stereoskop.
Syarat pengamatan stereoskopik antara lain adanya daerah yang bertampalan dan adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks ialah perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau sistem acuan. Pada umumnya disebabkan oleh perubahan letak titik pengamatan (Wolf, 1983). Titik pengmatan ini berupa tempat pemotretan. Pertampalan pada foto udara berupa pertampalan depan (endlap) dan pertampalan samping (sidelap). Paralaks yang terjadi karena titik pengamatan 1 dan 2 disebut paralaks x, yaitu paralaks sejajar jalur terbang. Paralaks lainnya ialah paralaks y, yaitu paralaks yang tegak lurus paralaks x dan disebabkan oleh perubahan tempat kedudukan pada jalur terbang yang berdampingan.
Pada citra radar mulai dikembangkan pengamatan stereoskopik yang mendasarkan pada paralaks y. Pada citra Landsat juga terjadi pertampalan samping dan oleh karenanya terjadi paralaks y. Pertampalan samping ini besarnya beraneka, sesuai dengan letak lintangnya. Pada ekuator maka pertampalan sampingnya 14%, sedangkan pada lintang 80º U dan 80º S meningkat menjadi 85% (Paine, 1981). Pertampalan ini belum dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik. Pada citra SPOT yang satelitnya diorbitkan tahun 1986, dikembangkan pengamatan stereoskopik berdasarkan paralaks y.
Karena obyek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalannya pada citra lebih mudah dilaksanakan. Di samping itu, pengenalan obyek juga dipermudah oleh dua hal, yaitu:
(a) pembesaran tegak yang memperjelas relief, dan
(b) pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan binokuler dalam pengamatannya.
Tanpa binokuler, seluruh daerah pertampalan dapat diamati secara stereoskopik.Dengan menggunakan binokuler, obyek diperbesar, tetapi luas daerah pengamatan menyusut. Luas daerah pengamatan berbanding terbalik terhadap kuadrat pembesarannya. Bagi pembesaran tiga kali luas daerah pengamatannya menyusut menjadi sepersembilan luas daerah pertampalan.
No Response to "TEKNIK INTERPRETASI CITRA - PENGAMATAN STEREOSKOPIK"
Leave A Reply